Entri Populer

Senin, 21 Februari 2011

Krisis Minyak Mentah Dunia Jilid 2

sumber : Okezone
 LONDON - Harga minyak jenis Brent North Sea melambung hingga USD105 per barel. Hal ini dipicu gejolak di Libya yang memakan korban dan kekhawatiran atas penyebaran kerusuhan di negara produsen minyak di Arab.

Menjelang siang,transaksi minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April melonjak hingga USD105,08 per barel,menyentuh level tertinggi sejak akhir September 2008. ”Ketegangan di Timur Tengah, khususnya di Libya,menyebabkan harga minyak mentah Brent melonjak di atas USD105 per barel,” tutur analis Forex.com Kathleen Brooks seperti dikutip dari AFP.

Dia mengatakan, gejolak politik telah membuat takut pasar komoditas. Pada kontrak utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk Maret mendatang menyentuh USD89,50 per barel.

”Kekerasan di Libya merupakan pendorong utama dari kenaikan harga. Seorang pemimpin yang berpengaruh telah mengancam untuk menghentikan pengiriman minyak ke Barat dalam waktu 24 jam jika kekerasan terhadap demonstran tidak berakhir,” tutur analis Commerzbank Carsten Fritsch.

Libya merupakan anggota OPEC yang memproduksi 1,6 juta barel minyak mentah per hari, dengan sekitar 1,1 juta barel di antaranya diekspor. Di sisi lain, gejolak harga minyak dunia patut diwaspadai menyusul kisruh politik yang meluas di Timur Tengah dan Afrika Utara. Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan mengungkapkan, konflik politik yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara dinilai lebih mengkhawatirkan ketimbang yang terjadi di Mesir beberapa waktu lalu.

Hal ini terutama menyangkut gejolak harga minyak dunia. Sebab, negara-negara di kawasan tersebut, seperti Libya dan Iran, merupakan produsen minyak terbesar di dunia. Masalah Libya lebih parah dari Mesir. Sebab, Mesir bukan negara produsen minyak.

”Namun, Libya adalah negara produsen terbesar minyak di Afrika.Jadi,jika ada apaapa dengan Libya, harga minyak pasti meloncat. Kalau itu menggerakkan harga minyak, bisa ke atas USD110–USD120 per barel,” papar Fauzi di Jakarta kemarin.(Koran SI/Koran SI/wdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar